Jumat, 22 April 2011
Film Tanda Tanya Hanung Bramantyo
Kontroversi terhadap beredarnya film Tanda Tanya membuat keinginan saya untuk menonton film yang mengusung potret kehidupan keberagaman beragama di Indonesia ini semakin kuat.
Film yang dituduh berkedok toleransi dan akan mendangkalkan akidah umat bahkan mengajak umat menjadi murtad ini, menurut saya justru sarat akan makna agama yang sesungguhnya. Film ini berani mengungkap pertentangan dan gesekan-gesekan sosial antara agama-agama dalam masyarakat yang menjadi konflik sosial yang terjadi sehari-hari dan semakin banyak jumlahnya karena perbedaan pandangan hidup. Film ini kembali mengingatkan bangsa ini tentang pentingnya sikap toleransi ditengah keragaman. Mengingatkan kembali semangat Indonesia sediakala. Dimana sikap saling mengerti dibutuhkan dalam memandang keragaman yang ada. Saling mendukung dengan segala pengertian atas perbedaan yang ada. Memaknai arti toleransi untuk dapat hidup berdampingan dengan damai dan penuh kasih, serta kemudian membahas mengenai bagaimana pertentangan-pertentangan ini bisa diselesaikan.
Dikisahkan kehidupan keluarga-keluarga yang hidup ditengah perbedaan etnis dan agama. Hidup berdampingan dalam lingkungan yang dikelilingi oleh Mesjid, Gereja dan Klenteng. Keluarga Tan Kat Sun, pemilik restoran Canton masakan Cina yang walaupun menyediakan masakan tidak halal, namun dengan kesadaran dan toleransinya yang tinggi, ia juga mengakomodir kebutuhan makanan halal bagi pelanggan muslim-nya. Walaupun banyak mendapat ketidakyakinan akan kehalalan masakan halal-nya, penganut Budha yang taat ini berbesar hati dan konsisten untuk tetap menghargai karyawan, tetangga maupun pelanggan muslimnya.
Rika (Endhita), seorang mualaf Kristen, janda dengan seorang anak, yang tetap mengajarkan iman islam kepada Abi anaknya bahkan mampu mendatangkan kembali orangtuanya kerumahnya dalam syukuran khatam Al-Quran putra sematawayangnya. Tersirat dikisahkan Rika memiliki hubungan dengan Surya (Agus Kuncoro) pemuda muslim yang bersedia memerankan tokoh Yesus yang disiksa dan disalib dalam drama Paskah juga sebagai Yosef, suami Maria ibu Yesus dalam drama Natal.
Rasa toleransi beragama yang tinggi dari sang majikan membuat Menuk (Revalina S Temat), satu-satunya anak buahnya yang berjilbab, sangat loyal terhadap Tan Kat Sun (Hengki Sulaiman). Namun, Soleh (Reza Rahardian), suami Menuk, cemburu pada Ping Hen alias Hendra (Rio Dewanto), anak Tan Kat Sun. Latar belakang anugrah saling mencintai dalam perbedaan agama yang pernah dijalin Hendra dan Menuk membuat pasangan suami-istri ini sering berselisih paham.
Lewat film yang diilhami oleh kisah nyata ini, Hanung Bramantyo mencoba mengumandangkan pesan tentang toleransi beragama yang dinilainya kian luntur belakangan ini. Film yang mengedukasi kaum muda yang sudah terkontaminasi jalan pikirannya bahwa berbeda itu haram, untuk kembali diluruskan sehingga dapat memaknai indahnya perbedaan dalam kasih.
Seperti judulnya, “Tanda Tanya”, film ini pun meninggalkan tanda tanya dalam hati saya setelah menyaksikannya. Sebuah tanda tanya sangat besar sepertinya. Tanda tanya yang tersisa seperti dalam tag-line film ini: “Masih pentingkah kita berbeda?” di negeri yang pada masa merebut kemerdekaannya, telah menumpahkan darah anak-anak bangsa yang tidak hanya dari satu agama maupun etnis. Tetapi yang faktanya dapat kita lihat di taman makam pahlawan diseluruh negeri ini, bahwa darah tertumpah untuk merebut kemerdekaan juga tertumpah dari anak bangsa yang beribadah di mesjid, gereja, vihara maupun pura.
Hanung Bramantyo, dalam film ini sangat jeli memperhatikan hal-hal kecil. Banyak dijumpai gambar-gambar yang dapat memperkuat visualisasi dan tata artistic. Setiap lokasi memiliki detil-detil kecil yang teliti sehingga member kesan sangat realistis.
Walau bukan film komedi, tak ada slapstick tetapi beberapa adegan sanggup membuat saya tertawa terbahak karena adegan-adegan tersebut sering terjadi dalam keseharian kita. Ketika tertawa, film ini membuat penonton menertawakan realitas Indonesia sebagai negara plural yang tidak siap menjadi pluralis.
Tanda Tanya juga bukan film drama, tetapi benarlah apa yang saya dengar dikamar kecil theater. Ketika sekelompok anak SMP yang baru saja selesai menonton pada jam sebelum sesi saya, saling bertanya: “Eh elo tadi nangis juga ya,? Gila gue ngga bisa nahan ngga nangis tau! Sedih gitu waktu si engkoh-nya digebug sama Soleh.”
Ya, film ini mengguncang emosi saya. Dengan tidak bermaksud terlalu banyak member spoiler pada film ini. Tetapi saya menjadikan film ini menjadi salah satu film terbaik Indonesia tahun ini, dan wajib ditonton! (sarah simanjuntak).
***
Saking kerennya semua acting pemainnya, saya doakan semoga film dan aktor aktrisnya menang PPI tahun depan yaa...
Jadi makin ga sabar nunggu film-filmnya mas Hanung selanjutnya nih ^.^
Negeri Van Oranje
Perkenalkan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri. Lima anak manusia terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Mulai dari kurang tidur karena begadang demi paper, kurang tenaga karena mesti genjot sepeda 5 km bolak-balik ke kampus setiap hari, sampai kurang duit hingga terpaksa mencari pekerjaan paruh waktu; semua pernah mereka alami.
Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagi survival tip hidup di Belanda. Mereka pun bergelut dengan selintas pertanyaan di benak mahasiswa yang pernah bersekolah di luar negeri: untuk apa pulang ke Indonesia? Dalam perjalanan menemukan jawaban masing-masing, takdir menuntut mereka memiliki keteguhan hati untuk melampaui rintangan, menggapai impian, serta melakukan hal yang paling sulit: the courage to love!
PLUS
Novel ini ditulis dengan gaya lincah, kocak, sekaligus menyentuh emosi pembaca. Kita juga akan diajak berkeliling mulai dari Brussels hingga Barcelona, mengunjungi tempat-tempat memikat di Eropa, dan berbagi tip berpetualang ala backpacker sekaligus how to survive sebagai mahasiswa beasiswa di Belanda dan Eropa pada umumnya jadi ga bikin boring bacanya.
MINUS
Ada beberapa kalimat canda yang agak sarkas yang menurut ukuran saya jadi terkesan lebay. Yah walaupun mungkin itu memang gaya bercanda khas anak muda. Jalan ceritanya agak lambat didepan karena pengenalan tokoh yang cukup banyak. Konflik tidak terlalu dalam, tapi endingnya lumayan bikin suprise.
NILAI
Menghibur tapi kurang menggigit. Karena isinya perpaduan antara fiksi dan non-fiksi.
Rabu, 20 April 2011
Kawah Putih Ciwidey, Bandung
Kawah putih terletak di Gunung Patuha, sebuah gunung yang terdapat di Jawa Barat. Ketinggian gunung ini adalah 2.386 meter. Kawah dari Gunung Patuha inilah yang dijadikan obyek wisata yang menarik dengan nama Kawah Putih. (kumpulaninfo.com)
Disebut kawah putih adalah karena kawah ini memiliki dataran berwarna putih yg terbuat dari belerang. Akan tetapi air kawah berwarna hijau muda yang sangat cantik.
PERJALANAN
Berangkat jum'at malam setelah pulang kantor di kawasan pulogadung Jakarta Timur, kami ditantang untuk menaklukkan salah satu titik biang kemacetan jakarta yaitu Jl. Cakung Raya sebelum akhirnya masuk tol cakung-jagorawi.
Awalnya kami (saya dan teman-teman kantor,) berniat untuk travelling ke Green Canyon, Ciamis. Tapi karena jarak yang cukup jauh (8 jam perjalanan) dari jakarta dan belum pernah ada yang kesana sebelumnya, akhirnya kami membelokkan tujuan kami ke lokasi wisata yang lebih dekat tapi tak kalah eksotis, KAWAH PUTIH.
Berangkat ke kawah putih jam 10.00 dari kawasan Dago Bandung tempat kami menginap di rumah salah satu kawan yang ikut trip kami, akhirnya tiba di kawah putih sekitar jam 12.00 wib. Sebetulnya dago-kawah putih bisa di tempuh hanya dalam waktu 45 menit sampai 1 jam perjalanan. Tapi karena Bandung yang selalu macet pada akhir pekan, maka kami menempuhnya dalam 2 jam.
HARGA TIKET
Tiket masuk kawah putih adalah Rp.16.000/orang (April 2011) sedangkan tiket mobil pribadi jika ingin parkir di atas (kawasan parkir dekat kawah) dikenakan tarif Rp.150.000/mobil.
Jarak dari pintu masuk bawah dengan pintu masuk kawah di bagian atas cukup jauh, sempit dan curam, meskipun jalanan lumayan mulus. Tapi bagi yang datang dengan kendaraan umum (termasuk backpacker) tak perlu khawatir, pihak pengelola kawah putih bekerjasama dengan penduduk setempat menyediakan shuttle bus seperti angkot untuk naik ke kawah, tapi tidak gratis. Anda bisa membayar Rp.25.000/orang sudah termasuk tiket masuk. Kendaraan ini juga akan mengantar anda turun ke bawah, tidak harus dengan mobil yang sama dengan yang mengangkut anda ke atas tapi boleh dengan mobil manapun yang stand by di halte atas.
UDARA & CUACA
Udara di sekitar daerah ciwidey khususnya daerah kawah putih sangat dingin. Bagi anda yang tak kuat dingin saya sarankan untuk menggunakan jaket. Bau belerang yang cukup kuat sangat menusuk hidung hingga dapat membuat anda terbatuk-batuk. Sebaiknya anda membawa masker atau syal untuk menahan bau belerang ini.
TRANSPORTASI
Untuk menuju Terminal Ciwidey bisa menggunakan angkot menuju Soreang atau bis langsung ke Terminal Ciwidey. Namun bagi yang tiba di Terminal Leuwipanjang sebelum jam 6 pagi bis yang melayani langsung Terminal Ciwidey belum beroperasi (tarif bis Rp 12.000). Tapi tidak usah khawatir anda bisa menggunakan angkot hijau strip merah menuju Terminal Soreang dengan tarif Rp 5.000 lalu dilanjut menggunakan angkot L300 warna putih ke Terminal Ciwidey (Rp 6.000).
Langganan:
Postingan (Atom)