Minggu, 06 November 2011

Pesona Banjarmasin - Kota Seribu Sungai

Kali ini perjalanan saya tidak ala backpacker, tapi ala koper. Karena tujuan utamanya memang bekerja, bukan jalan-jalan. Tapi buat saya yang hobi jalan-jalan, walaupun dalam tugas kantor tapi tetap wajib curi waktu untuk jalan-jalan. Baik wisata kuliner maupun wisata alam sampai wisata belanja, hehee..

Sungai Barito
Sebagai daerah dengan julukan kota seribu sungai, Banjarmasin memang memiliki banyak aliran sungai yang membelah kota. Mulai dari sungai-sungai kecil, sampai sungai yang sangat besar seperti sungai Barito. Nama Barito diambil berdasarkan nama daerah Barito yang berada di hulu termasuk wilayah provinsi Kalimantan Tengah. Panjang Sungai Barito mencapai 900 km, dengan lebar antara 650 m hingga mencapai 1000 m.


Sebagai orang yg lahir dan besar di ibukota, saya belum pernah melihat sungai sebesar sungai Barito. Saat pertama kali menjelajahi sungai barito dengan perahu, perasaan saya berdebar luar biasa. Sambil merapal dzikir kepada Sang Maha Pencipta. Karena saya tidak ingin teman saya ikut panik, saya berusaha tutupi kegugupan saya dengan mengagumi pemandangan sekitar sungai.

Kapal tongkang besar yang biasa saya lihat di laut terutama selat sunda dengan leluasanya lewat di sungai ini bersisian dengan kapal-kapal kecil yang wara-wiri baik dengan bermesin maupun berdayung.


Pasar Terapung
Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi.
Yang unik di pasar ini masih terjadi transaksi barter, seperti jagung di tukar dengan daun sirih. Unik kan?

Untuk bisa ke tempat ini dengan angkutan umum (tips backpacker). Anda bisa memenyewa angkot. Tarifnya tergantung jarak dan nego anda dengan supir angkot. Kalo saya dari depan Hotel sewa angkot Rp.100rb PP gak pake nawar, abis kasian sama abang supirnya yg dah tua :'(

Sabtu, 05 November 2011

Backpacker ke BROMO


Berangkat ke Bromo masih dalam suasana arus balik Lebaran memang punya resiko tersendiri. Salah satunya kereta ekonomi yg kami naiki penuh. Salah duanya, kami tidak dapat kereta maupun bus pulang dari Surabaya maupun Malang.

Jum'at 9 September 2011
Rombongan kami (15 orang) dari komunitas Kaskus Backpacker Jabodetabek. Rute yg kami ambil adalah Surabaya-Probolinggo-Bromo. Jakarta-Surabaya kami tempuh dengan kereta ekonomi Kertajaya dengan jalur pantura. Dibanding kereta ekonomi Gaya Baru Malam dengan jurusan yg sama tapi via jalur selatan, Kertajaya mempunyai jarak tempuh yg lebih cepat.

Info yang kami dapat dari ketua Kaskus BPC Jabodetabek (jeng Yangga) kereta akan cenderung lengang karena sudah ada pembatasan maksimal penumpang, sehingga dipastikan semua penumpang akan dapat tempat duduk. Makanya saat kereta datang jam 16.00 rombongan kami santai-santai aja. Eternyata, tetep aja musti rebutan tempat duduk, karena penumpang dilebihkan 30% dari full seat. Dasar nasib, kami termasuk yg 30% itu, alias bakalan standing party sampe Surabaya, minimal ngemper di koridor gerbong.

Alhamdulillah, rezeki gak kemana, ada bapak-bapak yg baik hati mau berbagi tempat dengan kami. Akhirnya saya dan jeng Reni (bukan putri keraton Jogja tapi temen banckpacker saya yg sudah 3x umroh) bisa bergantian duduk (plus tidur).

Sabtu, 10 September 2011
Jam 06.30 kami sampai Stasiun Pasar Turi, Surabaya. Meleset 2 jam dari jadwal, akibatnya saya kesiangan sholat subuh. Next time, sebaiknya anda sholat di kereta saja, karena kita tidak bisa memprediksi jam kedatangan kereta ekonomi dan mushola stasiun pasar turi masih tutup kalo pagi.

Dari stasiun pasar turi kami naik angkot ke terminal Bungur asih dengan ongkos Rp.5000. Lanjut naik bis ke terminal Probolinggo dengan ongkos Rp.12.500/orang (non AC) yg ditempuh dalam waktu 2,5 sampai 3 jam.

Air Terjun Madakaripura
Sampai terminal Probolinggo kami sudah di tunggu mobil L300/ELF yg kami carter sampai ke cemoro lawang Bromo. Sebelumnya kami sempat mampir untuk makan siang disebuah warung pinggir jalan. Sebelum ke home stay kami di Cemoro Lawang, kami mampir dulu ke air terjun Madakaripura yg masih satu kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru.

Konon di air terjun inilah Mahapatih Gajahmada bersemedi sampai akhir hayatnya. Sehingga tak heran jika kita akan menemukan patung Gajahmada di pintu masuknya.

Dari pintu masuk kita perlu berjalan kira-kira 15 menit untuk mencapai air terjun. Trek yg dilalui merupakan jalan setapak yg sudah disemen tapi dengan menyebrangi beberapa aliran sungai.


Sebelum mencapai air terjun utama yg berbentuk setengah lingakaran dan dikelilingi tebing-tebing tinggi, sepanjang 30 menter menuju air terjun utama kita akan melewati aliran sungai yg tebing sebelah kanannya juga mengalirkan air terjun dengan intensitas air yg cukup deras seperti hujan. Sampai sini kita pasti basah kuyup. Sebaiknya amankan barang-barang yg kita bawa terutama barang elektronik seperti handphone dan kamera ke dalam plastik. Jangan ditaruh kantong celana karena pasti akan tetap basah dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kecuali jika anda menggunakan payung, yg juga hanya menyelamatkan tubuh anda dari pinggang ke atas saja. Tapi jangan kuatir, di titik ini banyak penduduk yg menjual plastik dan menyewakan payung.

Menurut saya, ini adalah air terjun yg sangat indah. Bahkan air terjun terindah yang pernah saya kunjungi. Jadi jika anda ke Bromo, saya sangat merekomendasikan untuk mampir ke sini.


Buat yg narsis kek saya, anda bisa mendapatkan foto-foto spektakuler jika bisa mendapatkan angle yg tepat. Karena air terjun terlihat seperti tirai cahaya putih yg sangat indah.

Home Stay
Kami menyewa home stay di cemoro lawang dengan 4 kamar tidur, 6 tempat tidur seharga Rp.300rb/malam. Bangunan rumahnya agak tua dan saya sempat mimpi seram saat tidur. Agak ngeri dikit sih, tapi karena kami ber 15 orang, maka perasaan itu saya abaikan saja.

Sunrise Bromo
Ada beberapa tempat yg menjadi spot untuk melihat sunrise di gunung Bromo, yaitu penanjakan 1, penanjakan 2, dan sebuah spot baru yg saya lupa namanya. Sebenernya, saya maunya ke penanjakan 1 dimana foto-foto keren yg ada di internet dan kartu pos bergambar Bromo diambil dari spot ini. Tapi apa mau dikata, ternyata guide kami mengantar kami ke spot baru tsb yg berada diantara munculnya sunrise dan G.Bromo. Alhasil foto sunrise kami tidak dapat merekam G.Bromo sekaligus, tapi partial sunrise disebelah kiri dan G.Bromo dikanan :(

Inilah yg membuat saya bertekad kelak harus kembali lagi ke Bromo dan menyaksikan serta mengabadikan sunrise Bromo yg mashur dari G.Pananjakan 1.


Pura Luhur Poten Bromo
Pura ini terletak di tengah lautan pasir , yang berada di kaki gunung Bromo dan Bathok. Pura ini adalah tempat suci bagi umat Hindu suku Tengger yang merupakan abdi kerajaan Majapahit yang masih eksis sampai sekarang. Setiap tahun ada perayaan Kasada oleh suku Tengger di pura ini yang merupakan acara keagamaan mereka yang dilakukan turun termurun.


Ranu Pane
Ranupane adalah sebuah danau indah yang terletak di kaki gunung semeru. Sekaligus merupakan pos pertama untuk pendakian menuju Mahameru.


Tak jauh dari Ranu Pane (500m) ada danau lain yang lebih sunyi dan tersembunyi bernama Ranu Regulo. Jalan menuju ranu pane dan ranu regulo sangat indah. Karena dikanan kiri jalan terdapat bunga berwarna putih (saya pikir itu tadinya bunga edelwies, abis mirip sih) tapi bukan edelweis.

RANU REGULO

Untuk mencapai tempat ini, kami naik hardtop dengan menembus lautan pasir Bromo melewati pada sabana yang terkenal dengan padang teletubbies karena konon padang rumputnya mirip seperti bukit hijau di film TV anak teletubbies. Sayangnya saat kami kesana, padang tersebut baru saja terjadi terbakar akibat panasnya musim kemarau. Sehingga yang terlihat bukannya bukit hijau tapi malah bukit hitam.

Coban Pelangi
Coban pelangi adalah nama sebuah air terjun masih di dekat kawasan wisata Bromo, tepatnya di kecamatan Poncokusuno, Malang. Coban pelangi merupakan zona konservasi alam dibawah perlindungan Perum Perhutani. Air terjun menakjubkan itu, berjarak ± 10 km dari Kecamatan Tumpang dan ± 32 km dari Kota Malang. Coban Pelangi berada di kawasan pegunungan bertopografi terjal dengan kemiringan diatas 45 % dan berada di ketinggian 1200 - 1400 Mdpl.


Area pintu masuk Coban Pelangi berada diatas tebing setinggi sekitar 100 meter. Untuk masuk area wisata alam, pengunjung membayar Rp 3000 per orang di loket masuk. Dengan tarif murah meriah itu, wisata alam Coban Pelangi bisa dinikmati sepuasnya.

Coban Pelangi mengalir dari tebing yang memiliki ketinggian 110 meter. Untuk bisa mencapai air terjun ini dari pintu masuk, anda perlu menyiapkan stamina. Tracking dengan kemiringan hampir 45 derajat dengan jarak tempuh sepanjang 30 menit cukup menguras tenaga terutama saat kembali ke pintu masuk. Untuk menuju air terjun jalannya menurun, saat kembalilah yg sangat menguji kekuatan paha dan betis anda,hehe..

Daftar Harga
Tarif ticket ekonomi Jakart - Surabaya Rp.55.000
Tarif angkot Pasar turi - Terminal bungur asih Rp.5000
Tarif Bus Surabaya - Probolinggo Rp.20.000 (AC) atau Rp.12.500 (non AC)
Tarif Elf Bison Terminal Probolinggo - Cemoro Lawang Rp.25.000/org
Tarif sewa hardtop (ke Pananjakan & Bromo) Rp.275.000 PP
Tarif Homestay 70-110rb/kamar atau 250-500/rumah