Sabtu, 03 April 2010

Sun Tzu; The Art of War


Sejarah Sun Tzu
Sun Tzu; The Art of War
ditulis oleh Sun Wu sekitar tahun 770 - 476 SM yang merupakan karya ilmu kemiliteran tertua di Cina dan teori militer tertua di dunia.

Sun Wu mendapat gelar kehormatan “Tzu”, adalah gelar kehormatan seorang laki-laki pada jaman kuno di Cina. Karena itu Sun Wu dikenal sebagai Sun Tzu dan teori militer yang ditulisnya dinamakan Sun Tzu; The Art of War.
Sampai saat ini belum belum ada riset tertulis mengenai tanggal lahir dan meninggalnya. Dipastikan ia hidup di jaman Confusius, Sun Tzu adalah seorang ahli militer terkenal dan merupakan orang pertama dalam daftar ahli strategi militer dalam sejarah Cina.
Kedudukannya dalam ilmu pengetahuan kemiliteran Cina setara dengan Confusius (Guru) dalam ajaran Confusianisme. Karena itu Sun Tzu diberi gelar “Guru Militer” dari Cina.
Sun Tzu, adalah seorang jenderal militer dari Cina pada zaman Sebelum Masehi lampau. Namun, karyanya The Art of War, yang terinspirasi dari kemenangan-kemenangannya di medan perang, hingga kini masih menjadi bacaan yang populer, dan dimanfaatkan oleh para pemimpin masa kini dalam merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi.

The Art of War merupakan buku yang isinya merupakan filosofi-filosofi dalam berperang dan memenangkannya. Buku ini tidak hanya populer di bidang militer, melainkan juga di bidang politik hingga bisnis. Filosofi yang dibicarakan dalam buku ini mengenai strategi, rupanya dapat diimplementasikan secara luas untuk berbagai macam bidang.

Bagian pertama dari buku Sun Tzu merupakan tentang `Laying Plans` yang dalam dunia bisnis biasa kita sebut dengan Strategic Planning. Pemikiran Sun Tzu dalam strategic planning masih relevan digunakan hingga saat ini. Inilah yang mungkin menyebabkan The Art of War begitu populer.

Aplikasi Sun Tzu dalam Sejarah
Meskipun buku Sun Tzu; The Art of War adalah buku kuno, namun karya klasik ini banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.

Buku Sun Tzu; The Art of War pertama kali dibawa ke Jepang sekitar abad ke-7 oleh utusan mahasiswa yang pernah ke negeri Cina pada masa Dinasti Tang. Orang Jepang memperlakukannya sebagai “Kitab Suci” Ilmu perang. Gagasan utama buku ilmu perang kuno Jepang pun berasal dari buku ini. Dalam sejarah, Angkatan Laut Jepang berhasil mengalahkan Armada Rusia di Selat Tsu dalam perang Jepang-Rusia di awal abad 20. Pimpinan Angkatan Laut Jepang menerapkan asas dalam buku ini, “Menunggu dengan tenang sampai musuh kelelahan”.
Di Eropa, buku ini diterjemahkan oleh French Missionary Amor dalam bahasa Perancis di abad 18 dan diterbitkan di Paris tahun 1782. Napoleon Bonaparte yang menyapu bersih Benua Eropa pada masa itu telah mempelajari buku Sun Tzu; The Art of War.
Dalam Bahasa Inggris buku ini diterjemahkan oleh Calob tahun 1900 sampai kemudian diterjemahkan ulah oleh seorang Sinolog Inggris bernama Charles yang dilengkapi dengan catatan-catatan. Buku ini diterbitkan kemudian pada tahun 1910.
Setelah Perang Dunia II, Sitolengko dari Uni Sovyet menerbitkan terjemahan versi barunya. Tidak mau ketinggalan, Menteri Pertahanan Jerman Timur ikut menterjemahkan versi ini ke dalam bahasa Jerman dan menjadikannya sebagai bahan pendidikan dalam akademi militer.
Sejak saat itu Rusia, Italia, Jerman, Cekoslovakia, dan negera-negara lain di dunia turut menterjemahkan ke dalam bahasa masing-masing untuk kepentingan riset di bidang strategi militer dan ekonomi.

Raja dan Panglima Perang Menurut Sun Tzu


Menurut Sun Tzu:

Perang adalah kegiatan tipu muslihat.
Panglima yang akan memenangkan peperangan adalah panglima yang tekun menyusun dan menyiapkan siasat perang dengan cermat.
Panglima perang adalah pengawal negara. Jika pengawal negara kuat maka negara kuat. Jika panglima lemah maka negara akan lemah. Seorang raja bisa menghancurkan negaranya sendiri karena:
1. Raja tidak mengetahui bahwa angkatan perangnya tidak boleh maju perang bahkan malah memerintahkan berperang. Siasat ini dinamakan raja membelenggu tentara sendiri. (Tentara diperbudak oleh raja semaunya).
2. Raja tidak tahu-menahu soal kemiliteran tetapi ikut campur dalam menangani hal-hal militer. Hal ini membuat panglima dan prajurit menjadi kebingungan.
3. Raja tidak tahu-menahu soal memilih panglima perang, tetapi ia ikut campur dalam menentukan dan mengangkat seorang panglima perang sehingga tentara menjadi curiga. Jika tentara kebingungan dan penuh kecurigaan maka akan datang gangguan dari negara tetangga . Hal ini dinamakan raja menghancurkan angkatan perangnya sendiri.
5 Sifat yang Salah dari Panglima Perang
Ada 5 sifat kepribadian yang salah dari seorang Panglima Perang, di mana hal ini bisa mencelakakannya dan pasukannya dalam suatu pertempuran. Hancurnya sebuah angkatan perang dan tewasnya seorang Panglima harus diteliti secara seksama. Seorang Panglima harus menghindari 5 kesalahan berikut:
1. Panglima pemberani dan tak takut mati. Panglima dengan sifat seperti ini biasanya nekat sampai melupakan perhitungan dalam sebuah peperangan. Ia dapat saja mati terbunuh atau dibunuh sehingga merugikan pasukannya.
2. Panglima penakut dan takut mati. Panglima dengan sifat seperti ini biasanya selalu mencari perlindungan dan ia akan mudah tertawan dan ditawan sehingga pasukan kehilangan pegangan.
3. Panglima yang selalu tergesa-gesa dan gampang naik darah. Panglima dengan sifat seperti ini akan diserang kepribadiannya dengan cara diolok-olok sehingga ia cepat marah.
4. Panglima yang jujur dan teguh menjaga nama baiknya. Panglima dengan sifat seperti ini akan diserang kepribadiannya dengan cara dipermalukan.
5. Panglima yang bijaksana dan penuh kasih sayang. Panglima dengan sifat seperti ini akan diserang kepribadiannya dengan cara diganggu dan diuji kasih sayang dan kebijaksanaannya

Dalam Manajemen Bisnis

Perang adalah sebuah seni bak tarian kuas diatas kanvas seorang pelukis. strategi adalah keras dan lembutnya kuasan cat, taktik adalah gelap dan terangnya goresan warna. kemenangan adalah kepuasan tatapan mata sang pelukis diantara bangkai-bangkai cipratan cat dan bulu-bulu kuas yang berserakan.

Dan berikut ini adalah sebagian isi dari art of war yang monumental tersebut sebagai pencerahan untuk para politikus dan juga anda yang sekarang sedang "berperang" dibisnis, kantor, organisasi atau ditengah masyarakat.

"seni perang sangat penting buat negara. ini menyangkut masalah hidup dan mati. satu jalan (tao) menuju keselamatan atau kehancuran"

"kenali musuhmu, kenali dirimu maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa resiko kalah. kenali bumi, kenali langit dan kemenanganmu akan menjadi lengkap"

"sang jendral adalah pelindung negara. ketika sang pelindung utuh tentu negaranya kuat. kalau sang pelindungnya cacat tentu negaranya lemah"

"kemungkinan menang terletak pada serangan. mereka yang menduduki medan pertempurannya lebih dulu dn menantikan musuhnya akan memperoleh kemenangan"

"mengetahui kapan seseorang dapat dan tidak dapat bertempur adalah kemenangan"

"mengetahui menggunakan yang banyak dan yang sedikit adalah kemenangan"

"atasan dan bawahan yang menginginkan hasrat yang sama adalah kemenangan"

"bersikap siap dan menunggu musuh tidak siap adalah kemenangan"

"militer yang menang, sudah menang lebih dulu baru bertempur dan militer yang kalah bertempur dulu, baru mencari kemenangan"

"melawan yang banyak sama seperti melawan yang sedikit, itu hanya soal bentuk dan nama"

"kejarlah rancangan-rancangan yang strategis untuk membuat musuh takjub. maka kau bisa merebut kota-kota musuh dan menggulingkan negaranya"

"untuk menyerang dan pasti merebutnya, seranglah dimana mereka tidak bertahan"

"untuk bertahan dan pasti tidak teguh, bertahanlah dimana mereka pasti menyerang"

"demikianlah kalau seorang tampil menyerang, musuh tidak tahu dimana ia harus bertahan. kalau seorang terampil bertahan musuh tidak tahu dimana ia harus menyerang"

"jendral yang terampil akan membentuk lawannya, sementara ia sendiri tanpa bentuk"

"bagi seorang jendral ada lima bahaya. bertekad mati ia bisa tewas. bertekad hidup ia bisa terperangkap. cepat marah ia bisa dihasut. murni dan jujur ia bisa dipermalukan. mengasihi orang banyak ia bisa dibuat jengkel. kelimanya ialah bencana dalam militer"

"gunakan keteraturan untuk menantikan kekacauan. gunakan ketenangan untuk menantikan kebisingan. inilah yang dimaksud mengatur hati dan pikiran"

"buatlah jalan mereka memutar. dan pancinglah mereka dengan keuntungan"

"ketika serangan elang meremukan tubuh mangsanya. itulah berkat waktu (timing). waktu adalah serupa dengan ditariknya pelatuk"

"jangan ulangi cara-cara meraih kemenangan"

"komandan yang handal dalam perang, meningkatkan pengaruh moral dan patuh terhadap hukum dan peraturan. demikianlah ia berkuasa mengendalikan sukses"

"adalah urusan seorang jendral tidak banyak bicara, sehingga lebih dapat menyimak"

"seorang jendral mewakili nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan, ketulusan, kemurahan hati, keberanian dan kedisiplinan"

"meraih 100 kemenangan dalam 100 pertempuran bukanlah puncak ketrampilan. menaklukan musuh tanpa bertempurlah kesempurnaan tertinggi"

"mata-mata merupakan elemen penting dalam perang, karena dipundak mereka bergantung kemampuan pasukan untuk bergerak"

"rahasia dari tipu daya adalah mengetahui bagaimana memanipulasi pandangan musuh. membuat yang jauh kelihatan dekat dan yang dekat kelihatan jauh"

"jendral yang baik menghindari musuh yang semangatnya tinggi. ia menyerang musuh pada saat mereka lelah"

"kunci memenangkan pertempuran adalah memahami maksud musuh. konsentrasikan kekuatan disatu arah. tempuhlah jarak 100 li dan bunuhlah jendralnya"

"ada enam kesalahan yang bisa menyebabkan kekalahan; yaitu penghianatan, ketidakpatuhan, kesia-siaan, ketergesa-gesaan, kekacauan dan kekurangmampuan"

"kemiliteran adalah tao penyesatan. ketika dekat, wujudkan seolah-olah jauh. ketika jauh wujudkan seolah-olah dekat. demikian ketika ia mencari keuntungan, pancinglah dia"

"keunggulan tertinggi adalah kemampuan menembus pertahanan musuh tanpa harus berperang. pejuang terhebat adalah yang mampu menekan musuh untuk menyerah tanpa perlawanan"

Belajar Disiplin

Suatu ketika Sun Tzu dipanggil oleh kaisar dan Sun Tzu diminta untuk membuktikan teori-teorinya tentang kedisiplinan, “Coba buktikan teori-teorimu tentang kedisiplinan dengan mengatur selir-selirku, “ perintah Kaisar.

Sun Tzu tahu, Kaisar sangat pusing mengatur 150 selirnya yang tidak disiplin. Sun Tzu bersedia melakukan perintah Kaisar, syaratnya adalah Kaisar harus memberikan wewenang penuh kepada Sun Tzu untuk melakukan apa saja yang dianggapnya perlu. Kaisar yang sudah tiba pada puncak kepusingannya tak keberatan dengan syarat yang diminta.

Sun Tzu berpendapat bahwa disiplin itu bisa ditanamkan melalui pelajaran baris berbaris, ia pun tahu bahwa mengajar 150 selir sekaligus baris berbaris adalah sebuah kesulitan. Ia lalu memilih tiga selir yang paling dikasihi oleh Kaisar, ketiga orang itulah yang kemudian dididiknya secara khusus untuk menjadi pelatih baris berbaris.

Setelah dianggap cukup, ketiga selir itu dimintanya melatih pasukan selir yang telah dibagi menjadi tiga bagian. Dapat diduga, acara itu segera berubah menjadi kekacauan besar, ketiga pelatih maupun semua peserta hanya cekikikan di lapangan dan mereka sengaja membuat kesalahan-kesalah untuk meledakkan tawa yang lebih besar.

Sun Tzu lalu membubarkan barisan dan memanggail ketiga selir kesayangan Kaisar itu. “Begini, nyonya-nyonya, saya adalah orang yang percaya bahwa bila saya gagal menurunkan suatu ilmu, artinya saya yang tidak berhasil menjelaskannya dengan baik, karena itu, prosesnya harus saya ulangi sekali lagi”.Lalu proses yang membosankan itu pun diulangi. Sun Tzu menyampaikan pelajarannya lebih lambat, sehingga terperinci, ketiga selir mengikuti pelajaran sambil menguap lebar-lebar dan sesekali berbisik-bisik dengan sesamanya.

Pelajaran baris berbaris utnuk semua selir pun diselenggarakan kembali. Persis sama dengan yang pertama, acara itu pun berantakan. Sun Tzu berkali-kali membubarkan barisan.
“Nyonya-Nyonya”, kata Sun Tzu dengan sabar, di depan tiga selir utama. “Kalau kekeliruan ternyata telah terjadi lagi, maka saya pikir kesalahannya terletak pada nyonya-nyonya dalam menyerap dan menyampaikan kembali pelajaran itu. Sekarang saya beri kesempatan sekali lagi kepada nyonya-nyonya untuk melatih baris-berbaris secara baik dan penuh disiplin, sementara itu bila ada hal-hal yang belum jelas, silahkan bertanya sekarang?”
Ternyata tak ada yang bertanya, ketiganya menyampaikan bahwa baris-berbaris adalah urusan yang gampang, mereka juga meremehkan Sun Tzu sambil menyanggupi bahwa esok pagi pasti pelajaran baris-berbaris akan berjalan lancar.

Esoknya terjadi kekacauan, Sun Tzu pun mengumpulkan ketiga selir utama, setelah membubarkan barisan, “Nyonya-Nyonya, berdasarkan teori siasat yang saya buat, bila tiga kali berturut-turut suatu hal gagal dilakukan, maka seseorang yang gagal harus dihukum pancung, karena itu besok di hadapan seluruh selir Kaisar, saya akan melaksanakan hukuman itu”.
Ketiga selir itu kaget, mereka lari menghadap kaisar untuk mengadukan Sun Tzu, Sun Tzu pun segera dipanggil menghadap, “Benarkah, Jenderal hendak memacung ketiga selir terkasih saya, “ kata Kaisar, “Benar, Paduka”.

“Saya minta Jenderal membatalkan niat itu, saya sangat mencintai mereka dan tak ingin kehilangan satu pun dari mereka.”

“Tetapi bukankah kaisar telah memberi wewenang kepada saya untuk mendisiplinkan ke 150 selir paduka.”

Kaisar akhirnya menyerah, ia tidak ingin mencabut wewenang yang telah didelegasikan kepada Jenderal Sun Tzu.

Besok paginya, kehebohan terjadi, Jenderal Sun Tzu memenggal leher jenjang ketiga selir elok itu di depan semua selir yang hadir lengkap. Lalu Sun Tzu berkata, “Sekarang saya akan memilih tiga orang lagi untuk menjadi pelatih baris-berbaris, akan saya berikan tiga kali kesempatan kepada mereka, untuk melatih baris-berbaris dengan baik, Bila gagal, nyonya-nyonya tahu apa yang akan saya lakukan.”

Sun Tzu berhasil, kaisar kini tak pusing dengan ke 147 selirnya yang masih hidup serta penuh disiplin, semuanya berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk kebahagiaan kaisar, Kaisar yang telah kehilangan tiga selir yang paling dikasihinya, tetapi ia masih memiliki 147 selir yang jauh lebih disayang.

Ini kisah benar-benar pernah terjadi di zaman Sun Tzu, salam antusias.

Intinya Bukan masalah pemacungannya yang merupakan perbuatan biadab, tetapi lebih kepada disiplin dan stategi untuk mencapai sukses. Para Naga sering menggunakan trik ini yaitu dengan adanya Reward and Punishment yang mendukung pencapaian tujuan. Semua ini merupakan proses yang harus dijalani untuk menuju sukses.